Rabu, 28 Oktober 2015

Makna Ishlah dalam revolusi Imam Husein as.


[Rakhmat Hidayat]

Muharram 20 Oktober 2015
Saat Imam Husein as. berazam untuk meninggalkan Madinah menuju Makkah, beliau mengunjungi makam datuk dan manusia yang paling dia cintai, Rasulullah saw, untuk mengucapkan salam perpisahan. Imam Husein as. selalu berziarah ke makam itu karena hanya disamping pusara kakeknya itulah ia merasa tenang dan damai. Namun, ziarah beliau kali ini terasa berbeda, terasa sangat menyesakkan dada, teramat menyiksa jiwa dan kelam terselimuti duka. Karena Imam tahu bahwa itulah ziarah terakhir .
Saudara-saudaraku yang kukasihi, dengarkanlah suara lirih Imam memanggil nama Rasulullah:
"Ya Rasulullah, ya nabiyyallah, ya habiballah, ya jaddaah...!, ini Huseinmu datang lagi. Namun kali ini aku datang padamu dengan selaksa duka yang menderaku dan dengan kepedihan yang menyiksaku. Mereka tinggalkan aku, mereka hinakan aku dan terlantarkan keluargaku. Bawalah aku bersamamu ya Rasulullah...karena berat kurasakan langkah kaki ini untuk meninggalkanmu..."

Karena kelatihan jiwa dan raga, Imam Husein tertidur diatas makam Rasulullah dengan air mata yang masih membasahi wajahnya. Imam merasa berada di pelukan hangat manusia mulia yang paling dicintainya itu. Tiba-tiba, dalam tidurnya, Rasul mendatanginya, mengusap kepalanya, mencium wajahnya, mengecup bibirnya dan meletakkan Husein ke dadanya yang harum dan menenangkan. Rasul bersabda: "Sabarlah wahai anakku, tak lama lagi engkau akan bertemu denganku, minum air telagaku, bertemu dengan ayahmu, bersua dengan ibumu dan bersatu dengan abangmu".
Imam terbangun dari tidurnya dengan letih dan lemah...tubuhnya lelah tiada betenaga...wajahnya menggambarkan duka alam semesta.
Langkahnya gontai dan enggan untuk beranjak dari makam Rasulullah, taman hatinya. Akhirnya beliau sampaikan salam perpisahan dengan penuh kepedihan.

Sebelum melakukan perjalanan itu, Imam berwasiat kepada keluarga dan sahabat yang tidak turut serta, beliau menulis surat wasiat yang ditulis dan ditanda tangani oleh beliau sendiri serta menyerahkannya kepada saudaranya, Muhammad Al Hanafiyah, inilah nash wasiat itu:

هذا ما أوصى به الحسين بن علي إلى أخيه محمد ابن الحنفية، أنّ الحسين يشهد أنّ لا إله إلا الله، وحده لا شريك له، وأن محمداً عبده ورسوله جاء بالحق من عنده، وأن الجنة حق والنار حق، وأن الساعة آتية لا ريب فيها، وأن الله يبعث من في القبور، وأني لم أخرج أشراً ولا بطراً ولا مفسداً ولا ظالماً، وإنما خرجت لطلب الإصلاح في أمة جدي وأبي علي بن ابي طالب فمن قبلني بقبول الحق فالله أولى بالحق، ومن رد علي أصبر حتى يقضي الله بيني وبين القوم الظالمين وهو خير الحاكمين» (راجع بحار الأنوار 4/329.

"Inilah wasiat Husein bin Ali kepada saudaranya, Muhammad bin Al Hanafiyah bahwa Husein telah bersaksi bahwa:
·         Tiada Tuhan selain Allah, Yang Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya dengan membawa kebenaran dari sisi-Nya.
·         Surga dan neraka adalah haq adanya, kiamat akan datang tanpa keraguan, Allah akan bangkitkan manusia dari kubur.
·         Aku tidak keluar (ke medan Karbala) untuk kejelekan atau kesia-siaan atau kerusakan atau sebagai orang yang zalim. Akan tetapi aku keluar untuk memperbaiki (ishlah) umat kakekku Muhamammad SAW. dan ayahku Ali bin Abi Thalib as. Barangsiapa yang menerimaku dengan haq maka Allah lah yang haq dan barangsiapa menolakku maka aku akan bersabar hingga Allah memutuskan perkara antara aku dan kaum yang zalim karena Dialah sebaik-baik hakim".

Makna ishlah
Ishlah berasal dari kata ashlaha yang berarti menshalihkan sesesuatu dan menjadikannya layak dan pantas.
Ishlah adalah misi utama
Kehidupan dunia ini dipenuhi oleh perkara-perkara yang sudah terjungkir balik. Yang baik terlihat buruk dan yang buruk terlihat baik. Yang hina menjadi mulia dan manusia mulia dihinakan. Hal ini tidak lepas dari sifat dunia yang identik dengan permainan dan tipu daya.
Hingga Rasul pernah bersabda bahwa akan datang suatu jaman dimana yang baik terlihat buruk dan yang buruk terlihat baik.
Rasul juga bersabda: "Neraka dihias dengan kesenangan sedangkan surga dihias dengan hal-hal tidak menyenangkan".
Ishlah bagi umat adalah misi utama Imam Husein, melatakkan segala sesuatu pada tempatnya yang sesuai adalah targetnya. Karenanya setiap perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan selalu tetap berada pada frame misi tersebut.

Banyak orang yang mengaku melakukan ishlah padahal yang ia lakukan adalah kerusakan :
#sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% öNßgs9 Ÿw (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# (#þqä9$s% $yJ¯RÎ) ß`øtwU šcqßsÎ=óÁãB ÇÊÊÈ   Iwr& öNßg¯RÎ) ãNèd tbrßÅ¡øÿßJø9$# `Å3»s9ur žw tbráãèô±o ÇÊËÈ  

Dan apabila dikatakan kepada mereka: 'Janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi', mereka menjawab: 'Sesungguhnya kamilah yang melakukan ishlah'. Ketahuilah sesunggunhnya merekalah pembuat kerusakan namum mereka tidak menyadarinya (Q.S Al Baqarah: 11-12)

·         Wahabi takfiri yang melahirkan ISIS, Al Qaeda, Jabhat Nushra pun mengatasnamakan ishlah aqidah dan ishlah dalam daulah Islamiyah dengan menghancurkan dan membunuh muslimin yang lain. [1]
·         Khadimul Haramain (pelayan 2 tempat suci) telah berubah menjadi Hadimul Haramain (penghancur 2 tempat suci) juga mengatasnamakan ishlah saat membangun fasilitas-fasilitas modern sekitar Ka'bah dengan menghancurkan peninggalan sejarah Islam yang agung. Mereka tidak mau disalahkan atas tragedi jatuhnya crane dan tragedi Mina yang terjadi baru-baru ini. Mereka tetap merasa berbuat ishlah meskipun mereka adalah pembuat kerusakan yang sebenarnya.
·         Ironisnya, di kalangan Syiah muncul kelompok yang merasa melakukan ishlah (kalau kita berbaik sangka) dengan melakukan aktivitas yang justru mencoreng Syiah dan para Imam. Lihatlah Yasir Habib dan kelompoknya yang mengadakan acara memperingati masuknya Aisyah ke neraka dan memenuhi qunut dengan laknat terhadap sederet nama sahabat.
Lebih anehnya banyak yang memberikan apresiasi terhadap gerakan seperti itu dan menganggapnya sebagai tindakan ishlah.


Ishlah dengan amar ma'ruf nahi munkar
Perjalanan Imam Husein as. menuju syahadah telah memberikan gambaran bagi kita bahwa misi ishlah harus selalu dijaga dan itu yang dilakukan oleh beliau. Ishlah dilakukan dengan melaksanakan Amar ma'ruf Nahi MunkarImam Husein keluar untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Dalam kitab Tahrir Washilah Imam Khomeini disebutkan syarat-syarat amar ma'ruf nahi munkar diantaranya:
ü  Mengetahui mana yang ma'ruf dan mana yang mungkar. Dengan kata lain identifikasi masalah sebelum melakukan tindakan. Bukankah dalam mantiq juga dijelaskan bahwa sebelum berfikir orang harus melakukan 2 muqadimah: 1. Menghadapi masalah 2. Identifikasi masalah
Tidak memperhatikan muqadimah-muqadimah itu adalah sebuah kesalahan besar yang menjatuhkan manusia kepada tindakan kerusakan meskipun menurutnya ia melakukan ishlah. Lihatlah di sekitar kita, ketika orang menilai Syiah, selalu dengan pandangan negatif bahkan sebagian mengatakan bahwa setiap berita harus di tabayyunkan keculai berita tentang Syiah. Mereka tidak mau menghadapi masalah dan mencari informasi tentang Syiah apalagi mengidentifikasi. Mereka mencela Syiah tapi tidak pernah mau berbicara dan diskusi dengan Syiah, mungkin karena khawatir akan menjadi Syiah dan terinfeksi pemikiran Syiah.
Memang benar bahwa 'manusia selalu memusihi apa yang tidak ia ketahui'. Sampai kapanpun mereka akan tersesat karena mereka tidak pernah mau belajar mana yang ma'ruf dan mana yang munkar. Mereka gemar menghakimi tanpa hukum (ilmu).
Imam Husein berjuang dan ikhlas mengorbankan segala yang dimiliki karena beliau mengetahui dengan pasti, mana yang ma'ruf dan mana yang munkar.
Bukankah ilmu manusia yang yakin akan sampai pada tingkat muharrik (menggerakkan).
ü  Dilarang melakukan amar ma'ruf nahi munkar  jika akan menimbulkan kemunkaran yang lebih besar.
Terkadang kita melakukan sesuatu tanpa berfikir panjang akan madharat dan manfaatnya. Keberanian yang tidak diikuti ilmu madharat dan manfaat hanya akan menciptakan kerusakan meskipun kita merasa telah melakukan kebaikan.
tûïÏ%©!$# ¨@|Ê öNåkߎ÷èy Îû Ío4quŠptø:$# $u÷R9$# öNèdur tbqç7|¡øts öNåk¨Xr& tbqãZÅ¡øtä $·è÷Yß¹ ÇÊÉÍÈ
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (Q.S. Al Kahfi: 104)
Imam Husein melakukan pengorbanan agung itu semata-mata karena beliau tahu bahwa hal itu akan mempersembahkan manfaat yang besar bagi agama Muhammad dan meninggalkannya akan menimbulkan madharat yang dahsyat bagi umat ini.
Barangkali kita bertanya, mengapa Imam Husein as. tidak melakukan tindakan damai sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Hasan as. dengan melakukan perdamaian dengan Mu'awiyah?
Imam Hasan as melakukan itu karena kondisinya berbeda dimana jika beliau berperang dengan Mu'awiyah, maka umat akan kebingungan yang membahayakan karena saat itu masih ada orang yang memanggil Mu'awiyah dengan amirulmukminin apalagi kelompok Khawarij selalu menyebarkan syubhat kepemimpinan.


[1] Meningatkan kita akan hukum dibolehkannya ghibah terhadap orang kafir (untuk menghindarkan orang lain dari kekafirannya) yang telah berubah menjadi 'kafirkanlah orang lain agar boleh dighibah'.

0 komentar:

Posting Komentar